Minggu, 31 Mei 2009

Karya Penyelamatan Tuhan

Karya Penyelamatan Tuhan


Bila orang mengatakan Allah adalah Roh, atau Allah bersifat biasanya orang mengartikannya dalam pemahaman bahwa Allah tidak mempunyai tubuh secara fisik. Bahawa Allah itu tidak berwujud, immaterial dan bahwa Allah adalah mumi roh. Dalam pemahaman seperti ini, roh menunjukan subtansi, atau hakikat Allah. Namun tipe pemahaman yang filosofis seperti ini asing bagi masyarakat Ibrani kuno. Berbagai cerita awal dalam Alkitab sama sekali tidak ragu untuk memberikan atribut fisik kepada Allah, seperti penciptaaan antromorfisme merupakan cirri yang jelas. Ada perbedaan dalam Perjanjian Lama dan Baru dalam karya Allah dengan manusia dalam Roh Kudus. Kalau dalam Perjanjian Baru kita membaca bahwa Roh Kudus, Allah curahkan kepada atas manusia seperti Kisah Para Rasul 2:17 yang mengutip Yohanes 11:28, maka dalam Perjanjian Lama Roh Kudus hanya hadir dan bekerja dalam orang-orang khusus, seperti para hakim, raja, nabi, pokoknya tidak dalam semua orang percaya. Roh Kudus adalah kuasa misterius ilahi, pertama kali di lihat sebagai model tertentu yang melalui pernyataannya terhadap mereka, memungkinkan mereka untuk memiliki kekuatan, keberanian, kebijaksanaan dan pengetahuan dari Allah dan maksudnya bagi manusia. Roh Kudus bukanlah suatu yang pribadi “disamping Allah”. Roh Kudus adalah kuasa dari dalam diri Allah sendiri. Roh Kudus adalah nama untuk kehadiran Allah uang bertindak dengan kuasa dalam dunia. (Pelajaran katekisasi GPIB Maranatha Dps) Karya Allah dalam sejarah Israel dan tanggapan Israel terhadap karya Allah itu terbentang dalam sejarah yang mulai sekitar abad kesembilan belas sebelum Masehi sampai kedatangan Yesus di dunia ini. Karya Allah di tengah-tengah umat manusia diawali dengan beberapa titik tolak yang sangat sederhana. Seorang pengembara, Abraham, beserta keluarganya tidak dapat lagi hidup di daerah Mesopotamia karena terlalu padat penduduknya. Maka atas dasar alasan-alasan sosial-ekonomis ia pergi ke daerah Palestina dengan berani menempuh segala resiko. Namun menurut keyakinan dan pengakuannya sendiri, di dalam hatinya ada suatu dorongan lain yang sulit dirumuskan. Samar-samar dalam hatinya ia merasa bahwa kepergiannya ke Palestina direstui bahkan dikehendaki oleh Allah. Peristiwa-peristiwa dan pengalamannya selanjutnya menguatkan keyakinan itu: ia mampu bertahan bahkan berhasil dalam kehidupannya yang sukar di wilayah yang baru. Tampak dalam peristiwa ini bahwa Allah menyesuaikan diri dalam memperkenalkan ( menyatakan, mewahyukan) diriNya kepada seorang Abraham, pengembara. Ternyata Abraham sanggup mempercayakan diri dan masa depannya kepada Allah Pelindung yang setia. Allah Pelindung yang setia ini disebut Allah Abraham. Selanjutnya Ia diyakini sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Periode Bapa-bapa Bangsa ini berakhir di Mesir. Pada waktu itu Yakub dan keluarga besarnya menetap di sana, karena seorang anaknya berhasil mencapai kedudukan tinggi di negeri itu.

Kitab Suci Perjanjian Lama merupakan endapan dari suatu proses panjang dialog Allah dengan umat Israel. Pertanyaan yang dapat muncul ialah, apa arti Perjanjian Lama bagi kita orang beriman di jaman ini? Secara singkat dapat dikatakan begini: melalui Perjanjian Lama kita dapat mengenal Allah, mengenal diri kita dan mengenal keadaan hidup kita.

Dalam Kitab Suci kita berjumpa dengan Allah yang memperkenalkan diri kepada sekian banyak orang yang berbeda, melalui berbagai macam peristiwa dan pengalaman. Dapat disebut salah satu, misalnya pengalaman Ayub. Selangkah demi selangkah melalui suatu proses yang sangat ngeri dan sulit Ayub dituntun sehingga akhirnya sampai kepada keyakinan: Allah adalah Misteri. Ia tidak dapat dimengerti, tindakanNya melampaui daya tangkap manusia. Bersama Ayub setiap orang beriman diajak untuk mempercayakan diri kepada Allah, yang kasih setiaNya seringkali tidak dapat dimengerti. Secara umum dapat dikatakan, dalam pengalaman para ‘bapa iman’ dan dalam kata-kata mereka kita dapat bertemu dengan Allah yang sama. Dalam Kitab Suci kita juga bertemu dengan orang-orang yang mendahului kita dalam perjalanan iman. Kisah pasang dan surut mereka menerangkan kisah perjalanan kehidupan kita sendiri. Abraham berani percaya kepada Tuhan (Kej 12:1-9), tetapi kemudian merasa takut (ayat 10-20), tidak sabar menunggu Tuhan melaksanakan janjiNya (Kej 16). Baru sesudah perjalanan dan pengalaman panjang ia rela mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah (Kej 22:1-19). Atau siapa yang tidak pernah merasa tak berdaya dalam keadaan sulit seperti Daud ketika berhadapan dengan Goliat? (1 Sam 17). Demikian tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Lama seperti Yakub, Yusuf, Amos, Hosea, Yeremia dapat menunjukkan jalan bagi kita dan membentuk sikap-sikap dasar iman kita. Dalam sejarah hidupnya yang dituntun oleh Allah Israel berhadapan dengan berbagai macam keadaan dan menghadapi keadaan itu dengan cara yang sesuai dengan keyakinan iman mereka. Renungan tentang keadaan-keadaan itu dan tentang tanggapan Israel atas keadaan-keadaan itu, dapat memberikan beberapa pedoman atau patokan bagi kita untuk menilai keadaan hidup kita sekarang. Penilaian yang disampaikannya pada Yer 2; Yeh 16; 20; 23 dapat membantu kita untuk menilai sejarah kita sendiri dari sudut pandangan Allah. Untuk kesekiankalinya harus dikatakan bahwa dalam Perjanjian Lama berisi dialog Allah dengan Israel, atau menurut judul catatan ini, kesaksian umat terpilih yang disapa oleh Allah. Allah sedikit demi sedikit menyatakan diri, sesuai dengan tingkat kemampuan yang menerima. Sedikit demi sedikit gambaran Allah berkembang, semakin dalam dan tanggapan manusia semakin jelas dan utuh pula. Semua yang tertulis, semua yang dikatakan dalam Perjanjian Lama harus ditempatkan dalam kerangka ini. Kalau demikian kisah penciptaan (Kej 1-2) tidak akan dimengerti sebagai pemberitahuan bahwa dunia ini diciptakan selama enam hari. Yang mau dikatakan ialah bahwa seluruh dunia, semua yang ada diciptakan oleh Allah dengan maksud baik. Keyakinan ini diungkapkan dalam kisah penciptaan, sesuai dengan cara berpikir orang pada waktu itu. Demikian juga peraturan nyawa ganti nyawa, gigi ganti gigi, mata ganti mata (Kel 21:23-24 bdk. Im 24:20; Ul 19:21; Mat 5:38) tidak harus dimengerti sebagai suatu perintah yang berlaku selama-lamanya. Dalam lingkungan hidup orang yang cenderung membalas lebih kejam daripada perlakuan yang diterima (kalau dipukul dengan kerikil, dibalas dengan batu), peraturan itu sudah merupakan suatu langkah maju - langkah yang sedikit demi sedikit akan menuju ke perintah Kristus sendiri .... “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44).

Roh Kudus adalah bahwa seseorang yang sunguh-sunguh mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan yang berkuasa dalam hidupnya sehari-hari, lalu bersatu sebagai anggota “ tubuh kristus” yaitu Gereja-Nya. ( I Kor. 12:1-13).